Langsung ke konten utama

Memeluk “Gajah” ITB (Part 2) : Tentang Ronin, Menemukan Ukhuwah di Balik Kegagalan

Bismillahirrohmanirrohim..
Sekarang berfokus pada kesibukanku selama Gap year yaa, alias akan lebih banyak menjelaskan atmosfer ronin di NF Akses UI😉
Oleh sebab kekeraskepalaan dan kenekatanku inilah, jadilah aku sebagai siswa gap year^^
Kini aku berkutat dengan kesibukan baru. Agak berbeda dari teman-temanku yang mulai sibuk berkuliah. Gapapa sih, hehehe.. setidaknya waktuku terpakai untuk belajar =)

mengambil Gap year, berarti melawan stigma dan sentimen yang ditujukan padamu

Aku tahu budaya gap year/mengulang ujian masuk PTN masihlah dianggap aib bagi sebagian besar masyarakat. Contohnya jangan jauh-jauh, bahkan aku sendiri pun tidak pernah menginginkan ronin. Tapi apa? Allah memilihku untuk menjalani fase ini.
Sebulan pertama harus menelan kenyataan pahit itu membuat tekanan batinku semakin menjadi. Aku merasa sendirian walaupun di sekelilingku masih ada teman. Omongan menyakitkan datang begitu saja dari keluarga, kerabat, bahkan dari mulut sahabat-sahabatku sekali pun. Entah itu, “Kenapa sih gak ikut UM kampus A aja? Kamu pasti diterima kok, jadi gaperlu ronin”, “Mau merantau? Kayak orangtuamu bisa biayai aja!”, “Pengen banget ITB ya? Coba lebih realistis lagi shof”, “Jangan ngeronin, sayang tau waktu setahunnya!”, dan komentar-komentar lain yang memaksaku untuk menutup telinga.
Aku tahu, bukan hak manusia untuk menilai sebab situasi yang sudah dikehendaki terjadi oleh Allah, karena Dia-lah sebaik-baiknya perencana. Namun saat itu, aku merasa berada di posisi terendah di mana aku harus menelan semua omongan itu.
Selain itu, sebenarnya masih banyak kejadian lain yang menguji kesabaranku saat itu. Tidak usah kujelaskan, karena aku yakin, dalam meraih impian, semua orang pasti akan mengalami masa-masa sulit.
Maka saat gap yearku ini sejatinya sangat bermakna, karena lewat fase inilah aku bermuhasabah, membenahi diri, memperbaiki niatku dalam berhijrah, serta menguatkan kepercayaanku pada Allah SWT. Ingin sekali kulakukan semuanya karena Allah ta’aalaa, termasuk dalam menentukan cita-citaku.
Mengambil gap year, berarti aku harus benar-benar pandai menggunakan waktuku. Bagiku, kelonggaran waktu dapat menjadi serangga mematikan yang bisa menyengat kapan saja. Jika aku sibuk, tentu saja aku bisa membantu diriku untuk move on dari perasaan kecewa setelah kegagalan yang menamparku kemarin. Maka, mulailah aku menyusun kegiatan demi kegiatan yang bisa kujalani secara kontinu setidaknya untuk setahun.
Kegiatan pertama, pastinya Ronin. Sebagai siswa ronin, aku akui dengan mengambil bimbel di NF waktuku tidak terkuras banyak, sangat kontras dengan beberapa bimbel lain, seperti Inten yang memang padat menurut pengakuan temanku yang belajar di sana. Kami hanya belajar selama 3 hari dengan durasi 4 jam. Memang, kalau diperhatikan tentu tidak memakan banyak waktu bukan?
Namun, budaya ronin NF Akses UI yang sangat kental adalah kegiatan belajar bersama setelah KBM berakhir, yang mana kami bisa saling mengenal dan menguatkan satu sama lain. Kami pun terfasilitasi dengan pengajar-pengajar yang siap untuk mengadakan konsultasi kapan saja. Karena aku sering ikut belajar sepulang KBM, aku lebih mudah berbaur dengan teman-teman baruku, dan dalam waktu singkat NF menjadi rumah keduaku.

Kegiatan lainnya adalah menjadi salah satu pengurus aktif lembaga beasiswa pelajar Dana Pemuda Nusantara (DPN) dan aku pun masih tergabung dalam grup liqo’ bentukan Rohis SMA-ku. Di sinilah satu-satunya tempat aku dan sahabat-sahabatku berkumpul setelah kelulusan. Memang pada awalnya aku minder untuk bertemu mereka, tapi sedikit demi sedikit aku melupakan kesedihan itu dan berusaha menjadi orang yang lebih produktif di grup liqo’ maupun di DPN. Di sini pula, aku menemukan orang-orang yang senantiasa menyemangatiku dan selalu mendukungku apa adanya, seperti murobbiku: Ka Fauziah, teman sesama roninku: Kenia dan Aisyah, mantan chairmateku: Syifa, serta teman-teman lainnya yang tak kalah supportif.

My Days for Being a Roniner

Nah sekarang lanjut fokus ke ceritaku selama setahun ngeronin.

Resolusi Roninku

Aku adalah tipikal manusia terencana. Karena, kalau semuanya dijalankan secara spontan entah kenapa hasil yang kudapat tidak sebagus hasil yang kudapat dari perencanaan. Untuk itulah, dalam membuka lembaran roninku ini aku membuat komitmen khusus agar bisa mengejar impianku.
Selama ronin, aku berkomitmen untuk..
  1. Mengikuti bimbel dengan bersungguh-sungguh
  2. Tidak akan membolos bimbel kecuali karena alasan khusus
  3. Membeli buku latihan soal hanya jika buku latihan soal sebelumnya telah selesai
  4. Mengerjakan mutaba’ah yang sempat terbengkalai saat aku SMA
  5. Mencapai target surat hafalan

Hari pertama Ronin

Aku belum bisa mengukur waktu yang tepat agar bisa sampai tepat waktu ke NF dari rumahku. Dan jangan lupa dengan kenyataan kota Depok yang sangat padat dan rawan kemacetan, sehingga aku baru tiba di tempat jam 10.30 WIB, sedangkan KBM sudah dimulai sejak pukul 10.00 WIB. Malu sih, banget :”)
Gara-gara kejadian telat itu, ke depannya aku selalu mengusahakan diri agar tidak terlambat. Maksudku, seberapa tinggi sih motivasiku untuk kuliah, sampai datang bimbel saja masih terlambat?
Memang mungkin agak berlebihan. Tapi begitulah aku, dengan semua tempaan itu membuatku semakin tegas dalam mengatur diri sendiri.

dan kelanjutan ikhtiar kami selama Ronin

Saat ronin, aku juga memiliki kebiasaan membuat catatan materi. Seringnya sih, aku buat sebelum materi pelajaran disampaikan di kelas, terutama untuk Biologi. Dan kalau di NF sendiri, umumnya akan diberikan selembaran tes formatif usai pelajaran. Setelah mengerjakan lembar tes formatif biasanya aku gunting bagian soal, lalu kutempelkan pada isi binder. Pada bagian kertas yang masih kosong lalu aku tuliskan jawabannya. Cara ini aku dapatkan dari salah satu teman roninku, yaitu Abqho. Benefitnya? Banyak sekali.. hehehe. Karena aku tuliskan kembali jawaban soal di binder, otomatis aku bisa mengerjakan soal itu dua kali sekaligus merapikan tulisanku agar lebih enak di baca. Cara ini efektif membantuku mempertajam ingatan dan terus kupertahankan hingga akhir masa bimbel.

Salah satu latihan tes formatif yang aku kerjakan kembali pada lembar binderku
Karena aku berusaha untuk terus beristiqomah mencatat, teman-temanku pun seringkali meminta izin memfoto catatanku. Hohoho, bangganya aku..
Namun, suatu ketika aku pernah kehilangan tottebagku yang juga berisi binder beserta seluruh catatanku. Semuanya hilang. Nyesek banget sih.. apalagi belum lama itu aku merampungkan catatan biologi tentang Animalia dan kingdom lainnya yang tebalnya sampai di atas 10 lembar T.T
Karena itu, aku buat ulang catatan yang sebelumnya pernah kubuat. Capek sih, karena pasti materinya sudah menumpuk dengan materi yang akan disampaikan besok. Tapi ya memang cara belajarku seperti itu, jadi aku jalani saja deh, hahaha.

membuat kelompok belajar

Nah, yang ini tidak kalah penting. Punya teman belajar itu sangat dianjurkan. Sepengalamanku, dengan punya kelompok belajar, selain saling support satu sama lain, akan sangat membantu ketika harus review materi. Walaupun konsisten berkumpul menjadi bagian tersulitnya. Aku saja sempat berganti-ganti kelompok belajar, karena memang di sanalah kendalanya. Sangat sulit membuat komitmen untuk kelompok dengan jumlah di atas 3 orang. Akhirnya, aku menyerah, hehehe. Kelompok belajarku random saja di NF, sampai akhirnya aku belajar dengan Mella, yang juga teman satu SMP-ku. Jadilah aku belajar dengan Mella setiap selesai KBM, dengan terkadang bercampur dengan teman-temanku yang lain. Mella sering mengambil inisiatif untuk memanggil guru konsul, sehingga berbagai materi dan soal yang kami bingungkan bisa terjawab tuntas sebelum pulang ke rumah.
Dan dulu, sepertinya angkatan roninku cukup solid sehingga kami sering mengadakan kegiatan belajar akbar. Itulah yang membuat kami cepat berbaur antarkelas. Semakin seru apabila sudah belajar bersama, biasanya juga ada makan bersama, hehehe. Kalau soal makanan sih, biasanya kami jajan di kantin Bu Lastri, jalan ke warteg, atau nge-GoFood/GrabFood bareng.
Selain kelompok belajar, ada konsultasi tambahan yang bernama “Mabit NF”, berlokasi di NF Mampang Jaksel. Karena namanya mabit, maka aktivitas belajar umumnya di atas petang hari. Teman-teman yang ikut mabit biasanya lebih akrab satu sama lain dan seringkali berkumpul untuk belajar bersama sepulang KBM. Tadinya aku ingin bergabung, namun karena berbagai pertimbangan akhirnya aku memutuskan untuk tidak mendaftar. Alasan terbesarnya adalah karena lokasinya yang terlalu jauh dari rumahku dan KBM dilaksanakan di atas petang.
Jadi, karena tidak bisa intensif belajar seperti teman-temanku, aku mabit sendiri deh.. di rumah :”)

Bakti Sosial Ronin NF

Ternyata rekomendasi dari alumniku memang benar. NF tidak hanya menjanjikan bantuan akademik, namun dari segi emosional kami pun ikut terasah untuk berbuat kebaikan. NF menyediakan mata pelajaran Bimbingan Informasi Pendidikan (BIP) sebagai sarana pencerdasan emosional kami dan pencerdasan kampus, dengan Pak Rahmat Wisnu (Rawis) selaku pengajar.
Mungkin bagi beberapa orang materi ini tidak penting. Namun, mengikuti mapel BIP seperti sarana penghiburan untukku, terlebih setelah belajar materi hitung-hitungan yang gak jarang bikin kepala pusing.
Selain dari BK, NF Ronin Akses UI juga rutin mengadakan kegiatan bakti sosial tahunan. Pada tahunku, kegiatan ini diselenggarakan di sebuah panti asuhan Al-Amanah di daerah sawangan, Depok. Dengan baksos Ronin IPA dan IPS yang digabung, kami bisa lebih mengenal satu sama lain. Saat baksos tahunku, Pak Rawis jugalah yang menjadi pembinanya. Aku sendiri diberi amanah sebagai sekretaris II. Alhamdulillah sih, jadi semakin sibuk. Hehehe
Sebenarnya aku agak riskan dengan bertambahnya kesibukanku, khawatir nilaiku jatuh karena waktu belajarku agak berkurang. Namun, jika dilihat dari perspektif lainnya, bukankah ini sama halnya dengan beramal? Toh, bukan aku saja yang disibukkan dengan agenda. Aku yakin, seiring dengan bertambahnya kesibukanku di bakti sosial ini, aku bisa semakin terlatih dalam me-manage waktu dan prioritasku, hal yang tidak bisa aku seimbangkan saat SMA dulu.
Aku masih ingat, saat-saat aku dan partner sekertarisku, Rafdi, harus berkali-kali print-revisi proposal dan surat perizinan, harus rajin menagih anggaran fix dari bendahara, dan meminta tanda tangan orang yang bersangkutan. Memang ya, menjadi sekretaris itu berarti tidak boleh jadi deadliner, karena keterlambatannya akan merembet ke berbagai masalah krusial lainnya, contohnya perizinan tempat dan pengesahan proposal. Selain itu, jadi sekretaris juga tidak boleh ceroboh dan harus teliti. Dulu, kami pun harus beberapa kali revisi proposal dan berkas surat karena ketidaktelitian kami, eh aku sih lebih tepatnya :( dan Aku pun ingat, karena kecerobohanku juga, aku seringkali cekcok dengan ketua pelaksana baksosku, Thoby. Chaos, karena saat itu sedang banyak Try Out dan persiapan acara sekaligus.
Kalau bisa aku katakan, persiapan kami cukup chaos saat itu. Entah dari permasalahan pendanaan, konsumsi, perangkat inti ada yang menghilang tanpa kabar, semua harus kami lewati dengan penuh kesabaran dan kepala dingin. Tidak jarang saat H-1 Try out aku bahkan tidak sempat menyentuh buku, karena masih ada amanah sekretaris yang belum terselesaikan. Namun, kabar baiknya, Allah tidak hanya menilai kita dari seberapa banyak waktu untuk berikhtiar, namun Dia pun menilai kesungguhan kita dalam memaksimalkan waktu kita untuk mengerjakan hal yang berguna.
Alhamdulillah, acara baksos berlangsung lancar. Para santri terlihat sangat gembira mengikuti acara kami. Pada sesi menggambar mimpi, salah satu anak dengan polos menggambarkan impiannya, diikuti caption ini:
“Jadi orang yang bermanfaat untuk saudara-saudara saya yang lain”, intinya seperti itu. Kami terharu. Bahkan untuk anak sekecil mereka, dalam bermimpi tidak pernah lupa untuk memberikan kebahagiaan pada orang lain. Cerita ini secara tidak langsung menampar kami, menyuruh kami untuk kembali mengoreksi kembali niat kami untuk berkuliah.
Acara ditutup dengan pembagian santunan dan foto bersama.
Yah begitulah acara dan kepanitiaan, sesimpel dan ringkas apapun, tetap saja akan ada percekcokan antarpanitia walaupun sedikit. Tapi kalau sudah selesai, bagian itulah yang pada akhirnya menyenangkan untuk dikenang. Berkat jadi panitia, Aku jadi banyak mengenal teman-teman IPS, salah satunya Alifia, yang juga satu SMA denganku, namun baru mulai dekat denganku setelah sama-sama jadi panitia bakti sosial.

Memang, pada intinya masa roninku di NF tidak menghabiskan banyak waktu. Aku sendiri yang memilih menghabiskan banyak waktuku di sana, entah untuk belajar, ngobrol, ngegofood bareng, konsul ke pengajar, atau rapat baksos.. hehehe

Dengan ronin, mungkin kami tertinggal satu langkah dari teman-teman kami. Itulah kalau aku hanya melihat dari perspektif manusia. Tapi, siapa yang tahu kalau ini memang jalan yang lebih baik? Maksudku, kalau aku tidak gap year dan mengambil ronin, mungkin aku tidak akan terlatih untuk mengatur waktuku, menjaga diri dari kegiatan yang kurang bermanfaat, dan mendapatkan relasi yang lebih luas.

menulis target selanjutnya

Dari ceritaku tadi, sepertinya memang aku sangat nyaman bersama teman-temanku. Tapi bukan berarti aku tidak memusingkan SBMPTN-ku nantinya. Pusing banget pokoknya, tapi aku gak ingin memperlihatkannya pada teman-temanku. Awalnya tujuanku adalah Teknik Bioproses UI, karena pasti sangat keren kalau aku menjadi anak teknik, pikirku. Tapi segera kusingkirkan pikiran kekanakanku itu. Karena memilih kuliah harus relevan dengan tujuan yang ingin kucapai.
Lalu, sebenarnya apa tujuanku?
Hmm.. pertanyaan yang sulit. Aku butuh waktu hingga setengah tahun untuk memikirkannya. Tentu saja aku masih ingat dengan pilihan awalku dulu, yakni jurusan Biologi. Tapi kenapa aku ingin ke sana? Sebenarnya apa targetku?
Dalam satu tahun itu aku juga berproses, untuk memikirkan matang-matang apa yang aku inginkan dan apa yang ingin kulakukan. Tentu saja aku butuh petunjuk dari-Nya, karena itu aku berusaha untuk mendirikan tahajud dan istikharah walaupun sebenarnya aku pun belum terbiasa bangun tahajud. Waktu itu, aku baru tahu kalau dalam beristikharah harus sabar dan dilakukan secara kontinu, sampai kita benar-benar yakin dengan pilihan kita. Memang sih, lama, tapi aku bersyukur, karena yang menuntunku itu Allah langsung, Yang Maha Tahu apa yang terbaik buat kita.
Oh ya, NF juga memfasilitasi kami untuk mengetahui tingkat kesulitan jurusan dan kampus yang ingin kita capai, namanya matriks jurusan. Dan matriks jurusan tidak menggunakan patokan passing grade, namun menggunakan skala nilai nasional. Singkat cerita, nilai nasional adalah skor kemampuan kamu di antara seluruh peserta yang mengikuti ujian. Khusus tahun 2018, karena ada pergantian sistem penilaian SBMPTN, maka skala nilai nasionalnya pun berubah dari nilai maksimal awal 950 menjadi 800. Dengan fasilitas itu, aku bisa lebih leluasa merancang strategi SBMPTN-ku. Aku membuat data hasil try out-ku beserta grafiknya untuk mengetahui kualitas belajarku. Contohnya seperti ini..
Data hasil Try Out-ku selama ronin

Akhirnya masih bertahan pada SITH-S

Pilihan pertamaku tetap jatuh pada SITH-S ITB. Ya, pilihan yang sama dengan yang kemarin. Bedanya, niatku. Kalau dulu masih bawa-bawa perasaan dalam memilih, sekarang insyaa Allah sudah tidak :)
Grade SITH-S dalam matriks jurusan sendiri adalah E2. Aku akui, untuk mencapainya memang sangat susah. Tahun lalu bahkan aku tidak pernah sampai ke grade F.
Pilihan ketigaku, Biologi IPB, masih berbau biologi karena aku masih belum menyerah dalam mengejar jurursan tersebut. Dan aku paling labil menentukan pilihan keduaku, yakni antara tetap memilih UI yang dekat dari rumah atau Psikologi Unpad yang memang sesuai dengan passionku. Kira-kira sebulan sebelum SBMPTN, aku baru bisa memastikan pilihan keduaku adalah Psikologi Unpad.
Dari ketiga pilihanku, yang semuanya di luar kota, berarti aku harus mengambil ancang-ancang untuk merantau. Ibuku sempat terkejut mengetahui ketiga pilihan SBMPTN-ku tahun ini. Tapi, kedua orang tuaku bukanlah tipe orang tua yang saklek pada anaknya. Asalkan aku punya gambaran jelas untuk ke depannya, ya ga masalah untuk mereka. Jadi dalam urusan perizinan alhamdulillah juga Allah lancarkan banget.

Lembar-lembar terakhir ronin : Super Intensif

Super Intensif menjadi waktu terpadat selama kami ronin di NF. Proses KBM berlangsung setiap hari sejak jam 7.00–11.00 WIB dengan waktu libur hanya di hari Jumat, itu pun terpakai untuk try out online, sedangkan try out berbasis kertas diadakan setiap hari senin. Pada tahunku, Super Intensif (SI) ini hanya berlangsung selama 3 minggu.
Saat itu, karena sistem penilaian teori respons butir yang diterapkan pada SBMPTN 2018, strategiku jadi agak goyah karena ada perbedaan opini dari bimbel NF dengan sumber lainnya. Mungkin karena itu hasil try out SI-ku tidak sebaik try out biasanya. Namun, entah kenapa aku tidak melulu ambil pusing soal nilai try out. Kutipan Umar bin Khattab ini sudah cukup relevan atas semua yang telah aku dan teman-temanku ikhtiarkan.
“Hatiku tenang mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku,dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku.” — Umar bin Khattab ra
Saat Super Intensif tetap kupergunakan untuk belajar sampai terlambat pulang seperti biasa, namun tidak sampai larut malam. Penting sekali menjaga kesehatan sebelum hari-H ujian, jadi aku memilih belajar di rumah saat malam. Aku juga berusaha untuk tidak mengonsumsi mie instan sejak seminggu sebelum ujian, maklum mau tobat dulu, eheheh.
Program Super Intensif lalu diakhiri dengan acara doa bersama/dober. Untuk siswa-siswa ronin sepertiku, momen dober ini sekaligus digunakan untuk pemutaran video dokumentasi selama ronin dan perpisahan kami yang setelah kurang lebih setahun berjuang bersama untuk SBMPTN tahun ini. Suasananya haru banget sih.. karena saat ronin, banyak sekali suka duka yang sudah kami lalui. Kami yang awalnya tertinggalkan oleh teman-teman kami yang sudah lebih dulu berkuliah, lalu dipertemukan Allah di sini untuk saling membesarkan hati satu lama lain.
Aku mungkin mengenal mereka hanya dalam waktu singkat, hanya setahun, tidak seperti SMA yang dijatahkan 3 tahun. Tapi ukhuwah dan penerimaan yang aku rasakan, benar-benar sangat mendekapku di sini.

SBMPTN 2018 : D-DAY!

Kegiatan roninku di NF resmi berakhir H-2 sebelum ujian. Di waktu tenang itu, aku yang seharusnya perbanyak istirahat justru masih harus berkutat pada kesibukan lain, kalian bisa baca ceritanya di sini. Gara-gara itu aku terserang flu menjelang SBMPTN :) Wah saat itu pusing banget deh kepalaku. Belum lagi aku tidak bisa survei lokasi ujian saat H-1 SBMPTN.
Saat itu, aku gak berdoa minta disembuhkan dari sakit flu ini. Aku berdoa supaya ujian yang akan kujalani ini berlangsung dengan penuh kelancaran walaupun nyatanya ada banyak sekali hambatan, termasuk kondisi tubuhku yang kurang fit. Memang sih, penyakit itu mengganggu konsentrasi, tapi bukan berarti peserta-peserta yang lolos SBMPTN itu semuanya mengerjakan soal dalam kondisi tubuh yang fit bukan?
Maka, bismillah.. aku lalui lagi pertempuran yang sebelumnya mengalahkanku. Saat memasuki kelas, aku sungguh bersyukur, sebab ruangan ujianku memiliki kondisi yang sangat mirip dengan ruangan bimbelku. Bahkan bangku pesertaku juga terletak di posisi yang sama seperti bangku tempat biasa aku duduk saat bimbel. Alhamdulillah, itu membuatku luar biasa tenang walaupun tidak sempat survei tempat pada H-1 ujian. Sehingga aku tidak grogi ketika memulai mengisi identitas pada lembar jawaban.
Tibalah waktu mengerjakan soal. Sejujurnya, aku masih bingung strategi apakah yang harus kupakai, apakah akan mengisi semua atau tidak. Namun, akhirnya aku tetap berpegang pada strategi awalku. Hingga selesai SBMPTN, semuanya berlangsung dengan lancar. Namun, kabar itu baru kuketahui selepas SBMPTN.
Ya, berita bahwa Pak Menteri menghimbau untuk mengisi semua soal yang ada karena tidak ada sistem minus.
😊😊😊😊
Sedih.
ingin ku marah-marah pisaan euy :"(
Sedih da kaget lah awalnya. Bukan masalah aku khawatir ditolak ITB lagi, melainkan khawatir seandainya aku kembali gagal SBMPTN. Bagaimana pun, aku sudah berusaha semampuku agar aku bisa melewati SBMPTN dengan baik. Jadi, lolos di pilihan 1,2, atau 3 pun tak apa, asalkan aku lolos. Setelah itu aku janji takkan mengikuti SBMPTN lagi. Biarlah dengan lulus SBMPTN, setidaknya beban orang tuaku tidak kembali bertambah dengan mengeluarkan biaya ujian mandiri.
Ada jeda 2 bulan sebelum pengumuman SBMPTN. Kugunakan untuk bekerja sambilan sambil terus menerus mencoba mengikhlaskan impianku seandainya aku kembali ditolak. Saat itu aku hanya mengikuti SBMPTN, tidak ada ujian tulis manapun yang aku ikuti, termasuk SIMAK UI dan UM UGM. Selain itu, sebenarnya aku mendapatkan beasiswa 100% kuliah di salah satu kampus swasta. Jadi, plan cadanganku jika ditolak SBMPTN, ya ambil swasta.

Waktu 2 bulan itu pun berlalu juga. Aku sangat ingat saat itu, tanggal 3 Juli 2018 tepatnya, hasil SBMPTN resmi dirilis dengan waktu yang dimajukan dari awalnya pukul 17.00 WIB menjadi pukul 15.00 WIB. Kala itu aku sedang pergi keluar, begitu urusan selesai aku malah pergi ke masjid balaikota Depok, sengaja tidak pulang lebih dulu karena takut melihat ekspresi ibuku jika aku ditolak lagi.
Aku di sana, menyendiri, menenangkan diriku terlebih dahulu sebelum benar-benar membuka pengumuman yang ada. Begitu selesai, aku membuka laman SBMPTN, log in lewat website UGM, namun servernya lambat. Akhirnya aku ganti ke website Untan untuk log in, saat itu aku hanya berpikir Allah memberiku kelulusan, setidaknya di pilihan ketiga saja.
Log in berhasil.
Namun yang kulihat pertama kali adalah tulisan mengenai pengajuan bidikmisi sebagai peserta lolos. Bukan tulisan singkat, “tetap semangat dan jangan berputus asa” seperti kemarin. Heran, aku segera scroll up dan menemukan prodi ini sebagai penerimaku.
Hadiah dari Allah :”)
Alhamdulillah…
Lulus!
Aku lulus!
Aku berhasil lulus, di tempat yang sebelumnya menolakku. Tidak, bukan menolak. Aku yakin, ia hanya menungguku yang belum pantas ini sampai memang pantas untuk menyandang gelar mahasiswa.
Sekelebat perasaan senang sekaligus sedih menghampiriku. Terlebih karena aku harus meninggalkan Depok untuk menuntut ilmu di ITB. Namun sejujurnya, perasaan bahagia itu lebih banyak adanya dari pada kesedihanku. Terlebih karena aku berhasil mematahkan omongan mereka. Ya, mereka yang sebelumnya meragukanku, meremehkan, mengejek, dan meninggalkanku.
Masalahku mungkin besar, tapi aku punya Allah Yang Maha Besar untuk menolong dan menguatkanku.
Aku jadi ingat. Sebelum gap year, seseorang mengatakan hal ini padaku:
“Jangan gap year, satu tahun kamu terbuang percuma.”
Sekarang, aku akan jawab, “Tidak, waktuku tidak terbuang percuma. Dalam setahun ini aku belajar banyak hal, tidak melulu akademik, melainkan juga belajar memahami kehidupan.”
Bunga milikku mungkin berkembang lebih lambat, namun aku senang mengetahui ia merekah pada waktunya.
Pada akhirnya, semua bukan masalah pencapaian impian. Melainkan dari bagaimana kamu berani mencarinya, lalu konsisten memeluk mimpimu, melewati serangkaian proses demi proses hingga kamu memang dinilai pantas untuk menjemput takdir terbaikmu. Maka saat ini, aku mengetik tulisan ini, sedang mengenang keindahan dari proses itu sendiri.
Untuk pejuang-pejuang SBMPTN selanjutnya, terlebih untuk kalian yang mengambil gap year sepertiku, aku ucapkan, selamat menikmati prosesnya :)
Jadikan waktu-waktu seperti ini untuk mendekatkan diri kalian pada Sang Pencipta.
Sebagai pemimpi, sangat wajar bila kalian gagal, diremehkan, atau bahkan dihambat oleh berbagai masalah. Memang menyedihkan, namun di sanalah esensinya. Apa yang menempa kalian, itulah yang menguji seberapa konsisten kalian dalam mengejar mimpi itu.
Kalau segala sesuatu mudah di dapatkan, dari mana kita belajar untuk berjuang?
Salam hangat, dari seseorang yang pernah gagal.
Oh iya, ada bonus foto juga nih, ehehe..
Fotoku dan akhwat fillah Ronin IPA 2017/2018
Yang ini momen baksos NF (akhwat only), Nama acara baksos kami: ANDALUSIA (Aktif dan Peduli dalam Ukhuwah Islamiyah)

Kelasku, R3 yang diberi julukan “Kelas Ngambis”. Padahal mah semua anak ronin juga ngambis kalii :(

Dan terakhir, momen setelah doa bersama :”( seneng banget bertemu teman-teman proaktif seperti kalian!!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memeluk “Gajah” ITB (Part 1) : Awal perjuangan yang sulit

Sumber : instagram.com/farid.rahman_ Bicara mengenai kampus impian, sebenarnya ITB sudah cukup lama bersemayam dalam pikiranku. Setiap kali memikirkan ITB, aku selalu terbayang akan Kota Bandung yang cantik dan berhawa dingin. Membuatku terpikir, betapa menyenangkannya kehidupanku bila aku berkesempatan kuliah di sana. Tapi, intinya, kuliah itu berjuang ya. Mau bahagia atau tidaknya kuliah, pada hakikatnya kita berjihad menuntut ilmu. Jangankan ketika kuliah, untuk masuknya saja butuh perjuangan, iya kan :) Oh ya, postingan kali ini sekaligus membahas perihal SBMPTN yang telah aku singgung sedikit pada postingan sebelumnya. Alhamdulillah, saat ini aku telah diberi amanah sebagai mahasiswi SITH-S ITB 2018. Mungkin kalian masih awam dengan nama SITH itu sendiri? hehehe. Jadi, SITH merupakan kependekan dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati. Merupakan sebuah keunikan tersendiri di mana disiplin ilmu biologi terpisahkan dari fakultas ilmu eksakta lainnya di ITB. Sebenarnya SIT

Ramadhan Ter-lembur Bagai Quda

Belum lama ini, dunia menyambut pergantian tahun baru 2019. Banyak resolusi dan evaluasi yang aku terima selama tahun 2018 ini. Tapi, nggak bisa aku pungkiri bahwa tahun 2018 adalah tahun yang sangat bermakna untukku. salah satu ceritaku ini mungkin dapat menggambarkan bagaimana berwarnanya hidupku di tahun 2018. Tentang bagaimana kelelahan bisa menjadi sesuatu yang sangat spesial. Rabu, 27 Juli 2018 Hari ini, hampir dua minggu yang lalu kita sudah benar-benar berpisah dari bulan Ramadhan, bulan di mana terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Aku sungguh rindu akan hingar bingarnya, syahdunya malam di tiap harinya. Tentu saja ada penyesalan karena ibadah yang sepertinya agak “kendor” dari pada tahun sebelumnya. Namun, sejujurnya aku tidak terlalu menyalahkan diriku atas semua ini. Aku justru senang. Karena setidaknya, aku mendapatkan pengalaman keren dari Ramadhan tahun ini. Seperti yang teman-teman ketahui, masa-masa selepas SBMPTN adalah masa penantian. De